PERJALANAN PANJANG SELERONG
“ASAL MULA KAMPUNG SELERONG”
Menurut sebuah cerita, yang dijadikan sejarah didalam cerita rakyat bahwa Selerong adalah sebuah perkampungan migrant local dari perkampungan sekitarnya yang mana mempunyai komunitas berbeda-beda baik etnis, agama, dan kebudayannya. jauh sebelum kemerdekaan Republik ini berdiri, di sekitar Desa Muara Komam dan sekitar Desa Muara Langon terdapat beberapa perkampungan kecil yang mana mepunyai anutan dan adat serta aturan yang sangat berbeda. Seperti komunitas Bawo Ombo yang terdiri dari beberapa kampung seperti, Kampung Ngalo, Kampung Pungson, Kampung Ketawan, Kampung Payo Lemit, Ja Piangas dan beberapa kampong lainnya disekitar kaki Gunung Serempakang. Orang-orang yang ada diperkampungan ini menganut Animisme,dan mempunyai beberapa suku diantaranya bernama Luangan Migi, Luangan Ngalo, Luangan Dusun, Lawangan, dan Paser Luangan. Mereka ini mempunyai kesenian yang bernama Belian Mansyar, kesenian ini diperlihatkan dibeberapa acara seperti penyembuhan atau pengobatan orang sakit, pemakaman, dan membatur. Ngolo monta, acara Ngolo mota dilaksanakan waktu pertama kali panen padi. Betota, acara betota dilaksanakan waktu penanaman padi gunung dan tepung tawar yang diiringi dengan musik gemalan has dayak luangan.
Kalau komunitas lainnya bernama Bawo Iwa yang terdiri dari beberapa perkampungan seperti Rantau Payang, Pengeroa, Kinrung, Sewang, Melungun, Olong Tulus, Tungkot Rapat, Saing Tolang Dan Disekitar Kampong Tayo. Adapun anutan dan kepercayaan yang mereka percayai adalah agama Islam dan Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, dikomunitas ini terdiri dari beragam suku ada suku Paser, Paser pematang, Banjar, Bugis, Jawa, dan beberapa suku dayak dari Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah adapun kegiatan sehari-hari dua komunitas ini adalah betani, berladang, dan berternak kerbau.
Orang-orang dari bawo iwa kalau kesenianya tekenal dengan pencak silat, bahempas, dan main raga.
Walaupun kehidupan dua komenitas ini penuh dengan kesederhanaan, namun demikian warganya tetap rukun dan damai dalam menata kehidupan sehari-harinya, memang perbedaan pendapat selalu menyertai kehidupan orang yang ada didalam menata kehidupan, akan tetapi semua itu bisa diatasi melalui musyawarah dan mupakat untuk mendapatkan sebuah sepakat. Dan selalu saling mengunjungi untuk bersilaturahmi guna mempererat tali persaudaraan.
“NAMA SELERONG”
Cerita rakyat juga mensejarahkan bahwa Nama Selerong Tempo Dulu pada awal adalah diambil dari nama sungai yang mengalir sepanjang wilayah Selerong.
Adapun nama sungai tersebut adalah “SELIRUNG”
Disekitar sungai selirung inilah terdapat beberapa hunian perkampungan, seperti apa yang diceritakan diawal tadi dan perkampungan tersebut dipimpin oleh seorang raja, Raja yang berkuasa sa’at itu bernama Arong.
Raja arong ini mempunyai dua orang istri, istri kedua sang Raja bertempat tinggal diwilayah Goa Uap pehuluan sungai selerong, istri Raja Tersebut yang bernama kinrung ( Ung ),
Selir artinya istri lain Seorang Raja
Ung adalah istri Raja Arong,
Raja Arong berkuasa pada jaman Kerajaan Nalau, nama Raja Arong sangat terkenal dimata masyarakatnya, Raja Arong terkenal arif bijaksana serta sakti mandraguna, karena ke arifan dan kesaktiannya inilah maka Raja Arong sangat disegani dimasa kejayaannya.
Raja Arong adalah raja pada masa para dedemit yang dikuasai Raja Nalau, daerah yang dikuasai Raja Nalau disekitar wilayah Gunung Serempakang, Gunung Meliat, Gunung Lumut, Gunung Alau-alau, Sepanjang Gunung Halat, Gunung Balur, Sodan, sepanjang sungai Kandilo dan sekitarnya adapun peninggalan sejarah Raja Nalau masih bisa kita lihat di sekitar dan sepanjang sungai selirung, seperti batu buaya ( batu benganga ), batu beliku ( batu dapur ),doyam pungson ( tempat Raja mandi ),
Setelah mengikuti perkembangan jaman di era kemoderenan sekarang ini dan juga enak disebut semua etnis maka selirung diganti menjadi selerong, karena selirung dominan disebut oleh etnis tertentu, yaitu etnis paser dan luangan.
Karena berbagai pertimbangan dan banyaknya etnis masuk kewilayah selirung maka dengan sendirinya nama selirung berubah dengan selerong, lagi pula kalau bukan dari suku paser dan etnis luangan yang menyebut nama selirung, kebanyakan salah kata dan salah ucapan penyampayannya.
“BERKURANGNYA ETNIS PASER, BUKIT, DAYAK, DAN LUWANGAN”
Pada suatu jamanya para masyarakat baik bawo ombo maupu bawo iwa terkena musibah yaitu jaman pencekclik, terkena musim kemarau pajang dan dilanda penyakit cacar ganas yang membuat orang-orang ini banyak yang mati kelaparan dan mati karena penyakit, padi habis kering dilanda kemarau, hewan peliharaan banyak yang mati sehingga secara perlahan orang-orang inipun berkurang, maka sejarah hanya tinggal kenangan dan dijadikan bahan renungan.
Apalagi banyaknya etnis lain yang masuk untuk berladang, berkebun, dan bercocok tanam lainnya. sehingga orang-orang ini bermigran ke desa pedalaman dihulu sungai kandilo, perkampungan disekitar sungai selirung secara perlahan menjadi berkurang.
Orang-orang etnis pinggiran sungai selerong tidak sebanyak dulu lagi yang tinggal di Dusun Selerong sekarang. dan ditambah lagi pada waktu itu masuknya masa penjajahan bangsa Asing,(Belanda dan Jepang), setelah penjajahan ini berlalu, masuk lagi masa gerombolan yang memporak porandakan wilayah pedalaman yang mana desa pedalamanpun menjadi mati, di Wedana Muara Komam ada dua desa yang teresolasi, yaitu Uko dan Peryon yang mana akhirnya dua desa ini pindah tempat, Desa Uko pindah kewilayah Desa Muara Komam dan Desa Prayon Pindah kedalam wilayah Desa Muara Kuaro, sampai sekarang.
Dan pada tahun 1964 terjadi lagi konflik dengan datangnya para kaki tangan PKI kedaerah pedalaman yang membuat resah dan kocar kacir masyarakat suku pedalaman, sehingga mengakibatkan banyak para tokoh masyarakat hilang tanpa tau dimana rimbanya.
Karena bilamana masih tinggal diperkampungan hidupnya selalu dibawah tekanan atau dibawah intimidasi dan interfensi oleh para pemberontak yang ingin menguasai sebuah perkampungan yang ada didaerah kekuasaan mereka, baik secara moral maupun secara financial.
Akan tetapi dimasa pemberontakaan dan penjajahan inilah terjadi kepala pemerintahan yang disebut Kepala Kampong untuk seorang Kepala Desa, kalau untuk seorang ketua Rukun Tetangga ( RT ) disebut Pengirak. Asisten Wedana untuk sebuah Kecamatan, Kaboepaten untuk sebuah Kabupaten, dan Provinsi.
“TERBENTUKNYA KAMPUNG SELERONG”
Pada awal tahun 1957 Badan Pertambangan Minyak ( BPM ) milik Pemeritah Indonesia telah mengadakan survey jalan untuk jalur penanaman pipa minyak antara Balikpapan dengan Murung Pudak yang di koordinir oleh relawan dari Negara Rusia, guna membangun sebuah badan jalan dengan cara membuka hutan adat, penggarapan jalan tersebut tembus pada tahun 1961 dan pada akhir tahun 1961 tersebut orang-orang ini mulai bermigran kesisi jalan garapan BPM tersebut yang mulai dihuni oleh orang keturunan etnis paser dan serta etnis lainnya,
Awalnya pemerintahan Muara Komam dan Muara Langon ikut dalam wilayah Adminitrasi Kalimantan Selatan, Kabupaten Kota Baru Asisten Wedana Batu Sopang. Lalu pada tahun 1960 pasir dimekarkan menjadi Kabupaten. pada tahun 1964 Muara Komam dibentuk menjadi Asisten Wedana berpisah dari wedana Batu Sopang, dan tahun 1970 Muara Komam dirubah menjadi ibu kota kecamatan, sampai sekarang.
Pada tahun 1974 sampai dengan 1980, Kampung Muara Komam diajukan setatus kampung menjadi desa,dan pada tahun 1980 Desa Muara Komam dirubah lagi statusnya menjadi kelurahan sama halnya dengan Kampong Muara Langon pada tahun 1981 dirubah setatusnya menjadi desa,
Pada mulanya sekitar tahun1957 sampai dengan jaman kepemimpinan Masturi sebagai kepala kampong Muara Langon tahun 1975 selerong masuk dalam adminitrasi Desa Muara Langon, sungai selirung sebagai batasnya wilayah adminitrasi dengan kampung Muara Komam, maka pada tahun 1978, dari masa pemeritahan M. Masturi sampai dengan kepemimpinan Yansyah sebagai Kepala Kampong Muara Langon, dan pemerintahan Desa Muara Komam dipimpin oleh seorang kepala Kampoeng yang bernama Noransyah, sampai pada tahun 1980 dijabat Busran.D. sebagai kepala Desa Muara Komam,dan jauh sebelumnya sejak tahun 1974 kampong Muara Komam diajukan menjadi desa/kelurahan, akan tetapi semua itu terkendala dan menemui jalan buntu karena persaratannya masih kurang terutama jumlah penduduk, untuk memudahkannya maka terjadilah negoisasi antara dua Desa yaitu Muara Langon dan Muara Komam agar selerong digabung ke Desa Muara Komam guna memenuhi kelengkapan persaratan-persaratan untuk menjadi kelurahan, sejak tahun 1974 sampai dengan 1980 inilah proses negoisasi terjadi agar supaya Selerong bisa masuk dalam wilayah adminitrasi Desa Muara Komam, tentu saja semua itu melalui peroses negoisasi yang sangat panjang, ulet, serta sangat melelahkan sehingga sempat menimbulkan meis antara dua Desa, terutama tentang batas wilayah yang menjadi topik pembahasan utama. Akan tetapi setelah melalui tahapan proses negoisasi yang panjang dan melelahkan itulah, akhirnya pada tahun 1980 antara dua kepala Desa ini menemui titik temu dan jalan sepakat yang bermuara dan bernuansakan kekeluargaan, maka sejak itulah Selerong resmi masuk dalam wilayah adminitrasi Desa Muara Komam, adapun batas-batas yang disepakati antara dua desa yaitu Desa Muara langon dan Desa Muara Komam pertama adalah utok tamor, utok tayo, utok atang sungai least, atang sungai mapi, utok atang redok, sampai gunung baras terus sempai dengan batas kabupaten tabalong, dan setelah beberapa kali bergeser maka sekarang ditetapkan dipuncak Gunung Mapi,.
Karena perubahan setatus inilah maka Selerong ikut dalam wilayah adminitrasi Muara Komam.
WACANA PEMEKARAN
Seperti apa yang kami tulis diatas tadi bahwa sebenarnya selerong memang mempunyai penguasaan wilayah seperti wilayah bawo ombo dan bawo iwa, yang mencakup sampai dengan kaki gunung serempakang kalau bagian wilayah selatan.
Kalau wilayah utara sampai dengan wilayah adminitrasi Kampong Muara Kuaro,
Dimasa lalu yang disebut wilayah adalah yang menghasilkan pendapatan hasil bumi seperti Rotan, Damar dan daerah Hewan Buruan serta hasil bumi yang lainnya.
Karena sejarah dan prasejarah inilah maka pada tahun 1982, selirung membuat wacana dan rencana untuk berdiri sendiri guna mencapai kemandirian disebuah wilayah, yang bertujuan mempermudah dan pemerataan pelayanan kepada masyarakat dilingkungan selerong, niat dan tekat yang besar ini sudah menggaung,tokoh masyarakat, pemuda, dan elemen lainya sudah disatukan, barisan disiapkan, tekad sudah bulat, dengan tujuan yang sama yaitu pemekaran.
Waktu terus berjalan, hari demi hari sudah dilewati, tiem giat bekerja untuk menyempurnakan persaratan, tiem yang dimotori oleh beberapa tokoh Selirung saling berkoordinasi, berkonsultasi, sampai bernegoisasi namun pekerjaan tiem ini menemui jalan buntu terutama dibidang perlengkapan adminitrasi dan transportasi. Karena jarak Selerong-Muara Komam dan Muara Komam- Tanah Grogot sangat jauh yang memakan waktu berhari-hari untuk ke Tanah Grogot.
Mengingat pada waktu itu alat atau unit transportasi sangat langka apa lagi ditambah dengan keadaan ekonomi masyarakat yang lemah, sehingga tiem belum bisa menyempurnakan adminitrasi profil pemekaran.
Permasalahan yang paling mendasar adalah, penyusunan adminitrasi, terutama dibidang pengetikan dan foto coppy, karena pekerjaan ini hanya bisa di lakukan dan dibuat serta dikerjakan di Tanah Grogot baik perofil maupun arsip data dan lainnya.
Melihat keterbatasan segala kemampuan inilah maka sekitar tahun 1990 gaung ini terhenti, Namun pada awal tahun 2000 secara perlahan tapi pasti gaung pemekaran ini mulai terdengar lagi, maka sekitar tahun 2002 para tokoh masyarakat dan pemuda selerong berangkat ke tanah grogot guna berkonsultasi dengan pihak DPRD pasir,Yang diketuai oleh Bapak Imberan, Bapak Amrani, Bapak H. Badrun, dan Bapak Rasidi, bersama dengan beberapa tokoh pemuda, diantaranya Abdul Amin, Yusran, Norman dan beberapa orang yang tidak bisa kami jelaskan disini karena banyaknya masyarakat yang mendukung, Adapun anggota DPRD yang ditemui waktu itu adalah, Bapak Abu Bakar, Abdul Latib Taha, dan beberapa anggota komisi A di DPRD Kabupaten Paser.
Adapun hasil yang didapat hanya sebuah buku profil pemekaran Desa Padang Jaya Kecamatan Kuaro untuk sebuah panduan, yang mana Desa Padang Jaya ini sudah sukses memisahkan diri dari Kelurahan Kuaro, setelah mempelajari buku profil Desa Padang Jaya sebagai panduan maka keinginan untuk memisahkan diri dari Kelurahan Muara Komam semakin kuat untuk memicu niat dan tekat supaya Selerong menjadi Desa sendiri guna mempermudah pelayanan masyarakat kearah yang lebih baik dan mandiri.
Namun tidaklah perjuangan namanya kalau semua itu berjalan mulus tanpa ada kendala ataupun pro-kontra diantara masyarakat terutama tentang mekanisme perjalanan menuju arah sukses,dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 wacana dan rencana ini hanyalah angan yang penuh dengan misteri karena kendala siapa yang akan bergerak untuk membuat jalan menuju profil sebab ini jalan yang sangat sulit dan berat untuk dilalui.
Diakhir tahun 2006, sekitar bulan Sebtember Sdr. Yusran dengan sangat berani mengumpulkan teman-teman pemuda dan tokoh masyarakat dirumah beliau, pada waktui itu Sdr. Yusran adalah Sebagai Ketua RT 10 Kelurahan Muara Komam, lalu beliau memimpin lasung musyawarah tentang wacana pemekaran Selerong, apa dasar dan dalih serta alasannya sehingga Sdr. Yusran sangat antusias untuk menjadikan Selerong berdiri sendiri, pada Musyawarah tersebut beliau sampaikan bahwa jarak dari kelurahan sangat jauh untuk pelayanan masyarakat, yang kedua beliau juga berkesimpulan kesejahtraan di masyarakat harus di tingkatkan, dan yang paling utama beliau sampaikan suatu pengembangan pelayanan dan kesejahtran tidaklah mungkin terjadi kalau kita tidak berani berdiri sendiri secara mandiri.
Berangkat dari niat yang tulus dan juga ada dukungan dari masyarakat maka rapat untuk musyawarah semakin sering dilaksanakan guna menghimpun informasi untuk dibawa dalam forum koordinasi, konsultasi, konsilidasi agar semua sesuai dengan niat dan rencana yang rapi sehingga tidak menjadi pro-kontra dilain hari nanti, setelah semua sudah dikemas melalui dari berbagai infomasi maka pada Hari Senin Tanggal Delapan Bulan Januari Tahun Dua Ribu Tujuh, Jam 20.00 Wita Sampai Dengan Jam 22.30 Wita. Diadakan lagi sebuah pertemuan untuk menghimpun informasi dan hasil kosultasi dari dan dengan berbagai pihak, setelah semua menyampaikan pendapatnya masing-masing maka pada malam itu lansung ada pembentukan panitia pendirian Desa Selerong dan pada Hari Jum’at tanggal 12 Januari 2007 hasil dari musyawarah tersebut di umumkan di masjid Nur Hidayah Selerong Kelurahan Muara Komam.
TIEM PEMEKARAN
Paska hasil musyawarah pada Hari Senin Tanggal Delapan Bulan Januari Tahun Dua Ribu Tujuh, malam selasa itu maka tiem sukses ini dinamakan “ PANITIA PEMEKARAN DESA SELERONG” yang disingkat “ PPDS” dan diketuai oleh Abdul Amin dengan beranggotakan empat belas orang termasuk didalamnya, Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris, Bendahara dan Anggota.
Tiem sudah terbentuk dayung pun bersambut gema pemekaran pun sudah ditabuh warga masyarakat pun dengan sangat antusiasnya memberikan dukungan dengan berbagai cara yang tidak menyalahi aturan, termasuk didalamnya membubuhkan tanda tangan, tanda mendukung gema pemekaran, hal ini tidak dapat disembunyikan dukungan terlontar baik dari dalam maupun dari luar Selerong, guna penyemangat tiem untuk bekerja.
Pada tanggal 12 Januari 2007 ketua tiem sukses mengundang para jajaran tiem untuk musyawarah tiem guna mengadakan rapat pada tanggal 13 Januari 2007 malam minggu, pada rapat malam itu tiem mengundang Sdr. Kustiono S.Sos. Sekretaris Kecamatan sebagai Narasumber, yang mana beliau dianggap berpengalaman membawa Desa Padang Jaya Kelurahan Kuaro menjadi desa, Malam itu adalah rapat pertama tiem pemekaran.
Dari narasumber inilah banyak diperoleh masukan, saran, pendapat, serta tantangan yang sangat bermampaat untuk kami, dan juga dapat memacu serta memotifasi semangat tiem guna mempercepat kinerja menuju perofil pemekaran.
Perlu kami tulis disini bahwa sdr. Kustiono inilah orang pertama dari pihak pemerintah kecamatan yang mendukung program pemekaran Desa Selerong, Memang selama ini kami simpan nama beliau demi menjaga arus kepentingan para pihak baik dari Politik maupun dari pihak-pihak tertentu yang mau menumpangi kepentingannyan melalui ranah pemekaran Desa Selerong.
Setelah musyawarah tanggal 13 Januari 2007 maka ketua teim sukses membagi tugas menjadi tiga bagian dengan susunan dan tugas sebagai berikut:
- Tim A, ini membidangi Pemetaan Wilayah, Pendataan Penduduk, Negoisasi, Dan Giografik.
- Tim B, ini membidangi Pendetaan Sarana Prasarana Dan Sosial Kemasyarakatan.
- Tim C, ini membidangi Pendapatan Penduduk, Perkerbunan, Pertanian, Dan Lahan Desa.
Setelah teim ini difungsikan dan bekerja Alhamdulillah pada tanggal 1 pebruari 2007 profil pemekaran telah tersusun dengan rapi, berdasarkan susunan profil pemekaran maka pada tanggal 15 pebruari 2007 teim ini mengajukan surat rekomendasi kepada Lurah Muara Komam, namun tidaklah seperti apa yang kita harapkan, pihak kelurahan masih belum bisa memberikan rekomendasi karena data yang kami berikan masih ada kekeliruan, setelah beberapa kali kami meperbaiki data pelaporan tersebut baru pada tanggal 27 marat 2007 rekomendasidi keluarkan oleh pihak kelurahan.
Dengan No: 414.14/119/1003/III/07 yang di berikan kepada ketua tiem Sdr. Abdul Amin oleh Fathullah sebagai Lurah Muara Komam.
Pekerjaan yang dilakukan oleh tim-tim ini memang sangatlah berat maka dari itu pelaksanaannya membuat seluruh jajaran tim ini bekerja dengan extra keras, terutama pekerjaan yang diemban oleh tim A yang bertugas dibidang negoisasi tata batas, namun karena ke uletan tim dan kerja sama yang bagus maka semua bisa berjalan dengan lancar dan efektif.
Pada hari sabtu tanggal 5 mei 2007 tim ini mendapat berita buruk yang membuat masyarakat selerong hampir putus asa, karena pada hari itu tim mengundang Anggota DPRD Kabupaten Paser dengan agenda reses dengar pendapat tentang pemekaran Desa Selerong, yang menghadirkan Kabag Tata Praja Kabupaten Paser, dalam kesempatan itu Kabag Tata Praja menjelasan bahwa, menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, Pemendagri Nomor 28 tahun 2005-2006 tentang pembentukan, penghapuskan, penggabungan Desa, dan perubahan status desa menjadi Kelurahan, maka Selerong belum bisa memisahkan diri dengan kata lain pemekaran.
Sejak sa’at itu tim pemekaran desa selerong resah karena berita yang disampaikan oleh kabag tatapraja kabupaten paser, membuat masyarakat ragu untuk menuju ranah pemekaran yang selama ini menjadi mimpi.
Pemindahan Selerong dari kelurahan muara komam ke desa muara langon.
Karena gigih dan giatnya untuk mencapai cita-cita yang mulia, para taem sukses tidak pernah menyerah begitu saja untuk merubah mimpi menjadi sebuah kenyataan.
Pada tanggal 09 oktober 2007 ketua taem pemekaran bersama anggota menghadap bapak Camat muara Komam meminta untuk segera menindak lanjuti tentang pemekaran Desa Selerong, alhamdullilah pada tanggal 14 November 2007, dalam musyawarah yang dilaksanakan di ruang balai kelurahan Muara Komam telah menemukan kata sepakat, bahwa satu-satunya jalan keluar untuk selerong agar bisa dijadikan sebuah desa adalah harus diberikan kesempatan untuk bergabung ke Desa Muara Langon.
Maka sejak tanggal14 November 2007 selerong masuk kedalam wilayah adminitrasi Desa Muara Langon.
Tim pemekaran desa selerong dan aparat pemerintahan desa muara langon bergerak dengan cepat dan sungguh-sungguh, maka pada tanggal tanggal 6 Desember 2007 terbitlah surat keputusan kepala desa muara langon tentang pembentukan dusun tiga selerong dengan Nomor 3 tahun 2007 dan dibentuklah lima ketua RT di dusun tiga selerong desa muara langon.
Kerena percepatan ini pula tim berbenah diri untuk mengatur strategi baru dengan cara mengepaluasi tim pemekaran, pada tanggal…..tahun 2008 terjadilah penyegaran tim pemekaran dalam berita acara musyawarah terjadilah kesepakatan bahwa tim pemekaran ada perubahan struktur, yang mana pimpinan tim pemekaran yang baru diketuai oleh saudara Norjani dengan lima belas anggota, sedangkan saudara Abdul Amin dipilih sebagai kepala Dusun Tiga Desa Muara Langon oleh masyarakat Selerong.
Di bawah pimpinan saudara Norjani ini tim melanjutkan perjalanan panjang yang telah di lalui oleh tim yang terdahulu untuk meniti titian panjang menuju sebuah desa depenitif,
Lobi-lobi di laksanakan dengan berbagai cara baik kepada instansi pemerintah Kabupaten maupun Pemerintah Kecamatan dan Desa, dan juga baik ke lembaga exekutif maupun lembaga legeslatif, semua di coba untuk mencari data dan pakta guna melengkapi data-data yang masih kurang, demi sebuah cita-cita masyarakat yang menginginkan suatu perujutan perjuangan tim pemekeran.
NAMA-NAMA KEPALA DESA MUARA LANGON DAN
DESA MUARA KOMAM SESUAI TAHUN DAN JABATAN
NO
|
Desa Muara Langon
|
Jabatan
|
Periode
| ||
1
|
Adi Soetjipto
|
Kepala Kampoeng
|
– 1964
| ||
2
|
M. Djoesoef.R
|
Kepala Kampoeng
|
1964 – 1969
| ||
3
|
Sarim
|
Kepala Kampoeng
|
1969 – 1970
| ||
4
|
Boedam
|
Kepala Kampoeng
|
1970 – 1971
| ||
5
|
M. Masturi
|
Kepala Kampoeng
|
1971 – 1975
| ||
6
|
Yansyah
|
Kepala Kampoeng
|
1975 – 1981
| ||
7
|
Juhrani.M
|
Kepala Desa
|
1981 – 1994
| ||
8
|
A.Hanafiah
|
Kepala Desa
|
1994 – 1996
| ||
9
|
M.Dachri
|
Kepala Desa
|
1996 – 2004
| ||
10
|
Zaenal Arifin
|
Kepala Desa
|
2004 – 2005
| ||
11
|
Darsani
|
Kepala Desa
|
2005 – 2010
| ||
NO
|
Desa/Kel. Muara Komam
|
Jabatan
|
Periode
|
1
|
Endai
|
Pemangku Adat
|
Jaman Belanda
|
2
|
Dina
|
Pemangku Adat
|
Jaman Belanda
|
3
|
Wana
|
Pemangku Adat
|
Jaman Belanda
|
4
|
Damun
|
Pemangku Adat
|
Jaman Jepang
|
5
|
Rensan
|
Pemangku Adat
|
Jaman Jepang
|
6
|
Rembuit
|
Pemangku Adat
|
Jaman Jepang
|
7
|
Were
|
Kepala Kampoeng
|
1938 – 1942
|
8
|
Damun
|
Kepala Kampoeng
|
1942 – 1943
|
9
|
Kompe
|
Kepala Kampoeng
|
1943 – 1945
|
10
|
Baselah. D
|
Kepala Kampoeng
|
1945 – 1946
|
11
|
Kompe
|
Kepala Kampoeng
|
1946 – 1957
|
12
|
Asar
|
Kepala Kampoeng
|
1957 – 1960
|
13
|
Aji Ngensa
|
Kepala Kampoeng
|
1960 – 1964
|
14
|
M. Ali.HB
|
Kepala Kampoeng
|
1964 – 1966
|
15
|
Suleiman
|
Kepala Kampoeng
|
1966 – 1968
|
16
|
Busran. D
|
Kepala Kampoeng
|
1968 – 1972
|
17
|
Noransyah
|
Kepala Kampoeng
|
1972 – 1974
|
18
|
Busran. D
|
Kepala Desa
|
1974 – 1980
|
19
|
Busran. D
|
Kelurahan
|
1980 – 1986
|
10
|
Akh. Kasran. D
|
Kelurahan
|
1986 – 1991
|
11
|
Faulina Widryani
|
Kelurahan
|
1991 – 1993
|
12
|
Kustiono
|
Kelurahan
|
1993 – 1994
|
13
|
Elvin Junaidi
|
Kelurahan
|
1994 – 1996
|
14
|
Kustiono
|
Kelurahan
|
1996 – 1998
|
15
|
Muhamad
|
Kelurahan
|
1998 – 2001
|
16
|
Drs. Abdul Mughni
|
Kelurahan
|
2001 – 2003
|
17
|
Fathullah Dj
|
Kelurahan
|
2003 – 2007
|
18
|
Usman S.Sos
|
Kelurahan
|
2007 – 2008
|
19
|
Usman S.Sos
|
Kelurahan
|
2008 -
|
KERJA KULIAH NYATAH (KKN) UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA
ANGKATAN XXXVII 2011
DI DESA SELERONG KEC.MUARA KOMAM
JEM FAKULTAS: EKONOMI
DARA FAKULTAS : PERTANIAN
DINI FAKULTAS :MIPA
BASRI FAKULTAS : FIKIP
ILIN FAKULTAS: FIKIP
RAFAEL FAKULTAS : FIKIP
TYA FAKULTAS : FISIPOL